Senin, 24 Mei 2010

Bukit Siguntang

Situs Bukit Siguntang di Kelurahan Bukit Lama, Ilir Barat I, Palembang, tidak dilengkapi teks yang menjelaskan sejarah kompleks itu. Kondisi itu membuat sejarah keberadaan bukit yang dikenal pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Palembang itu kabur dan pengunjung kebingungan.

Situs Bukit Siguntang merupakan kawasan perbukitan yang memiliki tujuh makam tokoh yang terkenal dalam cerita tutur rakyat. Ketujuh makam itu adalah Makam Raja Sigentar Alam, Panglima Tuan Djundjungan, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Pangeran Raja Batu Api, Panglima Bagus Sekuning, dan makam Panglima Bagus Karang. Makam-makam itu berbentuk bangunan makam dari tembok atau batu yang berada dalam rumah.

Pada makam itu hanya diberi keterangan nama tokoh yang terkubur, tanpa satu teks yang menjelaskan siapa tokoh itu, riwayat hidupnya, dan perannya dalam sejarah Palembang. Sebagian besar pengunjung yang mendatangi situs kebingungan. Apalagi, beberapa juru kunci menceritakan versi sejarah yang berbeda-beda.

Sulaiman, juru kunci makam Panglima Bagus Sekuning dan Bagus Karang, mengakui, masih banyak sejarah yang gelap dari tokoh yang dimakamkan di Bukit Siguntang. "Tokoh-tokoh di sini umumnya dari masa akhir Kerajaan Sriwijaya yang berasal dari Mataram Hindu. Ada juga keturunan Majapahit," katanya.

Peneliti Balai Arkeologi Palembang Retno Purwanti meragukan dugaan tersebut. Menurut dia, semua tokoh itu tidak mungkin berasal dari masa Mataram Hindu atau akhir Sriwijaya karena agama Hindu tidak mengenal budaya makam, melainkan pembakaran mayat. "Ada manuskrip yang menyebutkan, Panglima Bagus Sekuning dan Bagus Karang pernah memimpin pasukan Kerajaan Palembang saat memukul pasukan Kesultanan Banten yang menyerang Palembang pada abad ke-16. Tetapi, cerita tokoh lain belum jelas. Mungkin bukan makam tetapi semacam petilasan," kata Retno.

Menurut Penjaga Loket dan Pengawas Pekerja Situs Bukit Siguntang dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel, Sarkasi, situs tersebut hanya ramai dikunjungi saat liburan sekolah, tahun ajaran baru, atau hari libur nasional. Pengunjung pada hari biasa 20-30 orang per hari, dan saat liburan 150 orang per hari. Harga satu tiket untuk pengunjung dewasa Rp 1.000, sedangkan untuk anak-anak Rp 500.

"Pemasukan dari menjual tiket tidak cukup untuk membiayai pemeliharaan situs. Operasional pengelolaan situs disubsidi Pemprov Sumsel," katanya. (iam) jaraknya ke sana tidak jauh dari kota palembang bisa d tempuh mengggunakan mobil atau motor ....
makanan ciri khas palembang pempek kapal selam, tekwan, model, pempek kulit dan lainnya